Ritual keagamaan dan perbuatan baik tidak diperlukan untuk memperoleh anugerah keselamatan

Tata ibadah Perjanjian Lama sarat dengan ritual yang bersifat simbolistik dan jasmaniah. Namun tata ibadah yang diterapkan Yesus untuk jemaat Perjanjian Baru adalah bersifat rohani di dalam kebenaran. (Yoh. 4:23-24). Jadi, untuk menerima berkat keselamatan dari Allah, seseorang tidak perlu, bahkan tidak boleh lagi tunduk dalam aturan hukum Taurat. Yesus adalah kegenapan seluruh tata ibadah simbolik zaman Perjanjian Lama itu (Kol. 2:16-17). Oleh karena itulah, saat penjahat yang di sebelah Yesus bertobat, Yesus tidak menyuruh orang itu melaksanakan ritual keagamaan simbolistik Yahudi. Ia dianggap layak menerima berkat keselamatan, sebab ia percaya kepada Mesias yang sedang tersalib.

Pada masa rasuli, praktek sunat pun tidak boleh ditambahkan kepada anugerah keselamatan. Sebab, tuntutan melakukan sunat bagi orang yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah penyimpangan iman atau kesesatan. Oleh karena itulah rasul Paulus dengan keras menentang orang-orang Yudea yang datang ke Antiokhia, dan yang mengajarkan kepada orang Kristen di sana untuk memelihara praktek sunat agar memperoleh keselamatan (Kis. 15:1). Di zaman gereja sekarang juga sama. Pendeta-pendeta yang mengajarkan baptisan perlu untuk keselamatan harus di lawan. Jika baptisan memang diperlukan untuk keselamatan manusia, harusnya Yesus menyuruh murid-Nya membaptiskan penjahat yang tersalib di samping-Nya. Tetapi Yesus tidak melakukan hal itu, karena sesungguhnya baptisan tidak diperlukan untuk keselamatan.[1]

Gereja-gereja yang masih mempraktekkan pembap-tisan kepada orang yang sakit keras haruslah bertobat dari praktek itu, sebab upaya yang demikian lebih berpotensi menyesatkan daripada menguatkan iman. Orang yang sudah sakit keras tidak memerlukan ordonansi baptisan untuk keselamatannya, ia memerlukan pemberitaan Injil yang murni. Injil yang murni yang didengar dan diaminkan sanggup membuat dia memperoleh berkat keselamatan. Sebagaimana dikatakan di dalam kitab Roma, “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.” (Rom. 1:16)

Jika gereja masih mengajarkan perlunya ritual keagamaan seperti baptisan dan perjamuan kudus* untuk keselamatan, maka ia telah mengajarkan keselamatan yang bertentangan dengan Alkitab. Orang percaya yang sekarat maupun yang sehat tidak membutuhkan baptisan untuk keselamatan mereka. Keselamatan murni hanya oleh anugerah.

Roma 5:8-9, 8Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. 9Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.

Efesus 2:8-9, 8Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; 9itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaan-mu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

Titus 3:5, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,

Demikian juga halnya dengan perbuatan baik dan kerajianan melayani. Semua hal-hal baik itu tidak perlu untuk memperoleh anugerah keselamatan dari Allah. Sebab Allah menebus kita ketika kita masih berdosa.  Adalah tipu muslihat Iblis yang menyesatkan jika ada pendeta mengajarkan bahwa untuk memperoleh berkat keselamatan haruslah sempurna seperti Bapa. Yesus memang pernah berkata “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna,” (Mat. 5:48) tetapi perintah supaya sempurna itu bukan agar memperoleh anugerah keselamatan. Sebab anugerah keselamatan diberikan kepada manusia ketika manusia itu berdosa. Manusia hanya perlu mengaku dosa dan percaya kepada Juruselamat yang telah dihukumkan untuk dosanya di kayu salib. Setelah memperoleh berkat keselamatan, Yesus menyuruh manusia untuk selalu berusaha sempurna seperti Bapa yang di sorga. Jadi, perintah itu disampaikan setelah seseorang memiliki anugerah keselamatan bukan sebelum atauuntuk memperoleh berkat keselamatan dari Allah.

Posisi kudus otomatis dimiliki orang percaya saat mereka membuat pengakuan iman di hadapan Allah. Hati orang percaya juga menjadi kudus saat Roh Kudus berdiam di dalamnya. Tetapi, karakter yang kudus dan yang sempurna akan teruji dengan waktu. Target yang dijadikan Allah adalah sempurna seperti Bapa yang di sorga. Inilah yang dimaksudkan Allah ketika Yesus berkata “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mat. 5:48)

Perbuatan baik dan baptisan memang perlu dilakukan oleh setiap orang percaya, karena itu adalah perintah Allah. Namun, semua itu bukan untuk memperoleh keselamatan. Perbuatan baik adalah bukti iman yang benar. Seseorang tidak mungkin benar imannya, jika imannya itu tidak diikuti dengan perbuatan baik. Yakobus berkata:

Yakobus 2:17-22, 17Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. 18Tetapi mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan menjawab dia: “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.” 19Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. 20Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? 21Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia memper-sembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? 22Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.

Baptisan adalah tanda simbolis yang kelihatan sebagai penyatuan orang percaya dengan kematian, penguburan, dan kebangkitan Kristus (bdk. Rom. 6:3-5). Hal itu perlu sebagai kesaksian kepada sesama Kristen maupun non Kristen di dunia ini, juga sebagai identitas Kristen. Tetapi baptisan itu sendiri tidak diperlukan untuk memperoleh berkat keselamatan dari Allah.

dikutip dari buku “7 PERKATAAN SALIB” by: Ev. Marudut Tua Sianturi, hlm. 26-31.


[1] Untuk pembelajaran lebih lanjut, saya sudah menulis buku tentanng topik ini, yaitu Apakah Baptisan Mempengaruhi Keselamatan?